Kita Harus Merebut Teknologi, Kita Punya Bargain Position Yang Kuat.
Kita Harus Merebut Teknologi, Kita Punya Bargain Position Yang Kuat.
Apa itu? Kita adalah salah satu konsumen terbesar otomotif. Ini bisnis multibillion dollar. Mereka tidak punyak pilihan kecuali ikut aturan main kita.
Mestinya Anda tahu, Indonesia lebih dulu start membangun industri otomotif dibandingkan dengan china yang start tahun 1994. Desain kebijakan industri otomotif China hampir sama dengan kebijakan awal Indonesia. Apa kebijakan itu?
1. Membangun industri suku cadang
2. Membangun industri kendaraan penumpang (bus besar/kecil/sedang)
3. Membangun industri angkutan barang (truk) ukuran besar/menengah/kecil.
4. Membangun industri roda dua untuk masyarakat pedesaan dan kota kecil.
5. Industri pendukung peralatan kendaraan.
Kelima kebijakan ini adalah kunci pembangunan industri automotive China. Target dan kebijakan ini adalah kemandirian di bidang desain, teknologi, dan produk. Harus 100% local content untuk semua industri otomotif, apa pun mereknya. China harus menjadi global supply chain untuk industri automotif dunia. Ambisi ini dilaksnakan dengan program yang terencana dan konsisten. Hasilnya, kini terbukti China mandiri di bidang industri automotif. Walau banyak merek kendaraan asing seperti Toyota, VW, Audi, dan lain-lain di jalankan, namun itu semua 100% local content yang dihasilkan oleh berbagai industri supply chain di bidang engine, suku cadang, komponen bodi dan lain-lain.
Memang, kendaraan merek asing di China harganya relatif mahal bila dibandingkan merek lokal karena kebijakan pajak yang tinggi dari pemerintah. Tapi, untuk kendaraan merek lokal yang pasarnya menengah ke bawah, pemerintah mengurangi pajaknya. Untuk industri otomotif yang memproduksi kendaraan angkutan barang dan penumpang, pemerintah mengenolkan pajaknya. Bahkan, pemerintah memberikan insentif pajak bila perusahaan itu mengeluarkan dana untuk riset.
Pemerintah pun membuat kebijakan bahwa belanja APBN haruslah mengutamakan kendaraan buatan lokal. Dampaknya, industri otomotif China di segmen angkutan barang dan penumpang tumbuh dengan cepat. Boleh dikatakan China sangat mandiri di segmen ini, bahkan bisa bersaing di pasar dunia. Anda bisa bandingkan kualitas busway buatan China dan buatan Korea. Kualitasnya jauh lebih baik dari buatan Korea. Itu sebabnya pasar Afrika dan Amerika Latin sangat menggemari bus dan truk buatan China. Di samping murah, kualitas juga bagus.
Dampak lebih luas dari kebijakan ini adalah efisiennya bisnis angkutan barang dan penumpang sehingga dalam skala makro bisa menekan biaya logistik nasional. Dengan demikian, secara sistemik produksi China semakin memperkuat daya saingnya. Artinya, semakin kuat daya saing suatu negara, semakin efisien negara itu, dan semakin unggul dalam putaran waktu.
Tapi, bagaimana caranya China membuat kebijakan pada tahun 1994 itu bisa efektif?
Bukankah China butuh teknologi dan dana dari asing. Bagaimana? Anda ingin tahu kan?
Karena, bukankah pada awalnya keadaan China sama dengan Indonesia, termasuk tertinggal dalam industri otomotif. Namun kini China sukses mandiri dan kita masih bergantung pada asing.
Anda tahu nggak, China punya pasar otomotif terbesar di dunia. Potensi inilah yang ditawarkan kepada vendor dan investor asing. Kebijakan transfer teknologi adalah harga mati. Ini diawasi dengan ketat agar jadwal transfer teknologi dapat terlaksana tepat waktu. Hasil resapan teknologi asing itu didistribusikan oleh lembagar riset China ke seluruh pengusaha lokal agar mereka ambil bagian dalam industri supply chain. Dengan dukungan supply chain yang kuat, maka industri otomotif lokal dengan merek lokalpun mulai bermunculan. Lambat namun pasti, merek lokal berhasil menggeser merek asing di pasar domestik.