Minyak Kastor Untuk Berbagai Industri

Minyak Kastor Untuk Berbagai Industri

Biji jarak kepyar mengandung minyak antara 46-57%. Minyak biji jarak kepyar inilah yang dikenal sebagai minyak kastor (castor oil). Pada zaman penjajahan Jepang, ornag Indonesia dipaksa untuk menanam tanaman ini. Waktu itu, minyak biji jarak kepyar terutama digunakan sebagai minyak pelumas untuk mesin perang penjajah. Setelah Indonesia merdeka sampai sekarang, tanaman ini jarang dibudidayakan. Kebanyakan hanya tumbuh liar di kebun atau bahkan dianggap sebagai gulma yang mengganggu karena pertumbuhannya cepat.

Di era modern ini, minyak kastor banyak digunakan untuk industri motomotif, industri farmasi dan kosmetik, dan industri manufaktur lain. Minyak kastor murni dapat diproses menjadi pelumas mesin berkualitas tinggi, yang digunakan untuk pesawat terbang, mobil, dan motor. Sejak zaman kuno, minyak ini juga digunakan untuk bahan bakar lampu penerangan.

Indonesia mulai mengembangkan bahan bakar yang berbahan baku minyak nabati. Minyak nabati yang sudah banyak dikembangkan menjadi biofuel adalah minyak sawit dan minyak jarak pagar. Minyak jarak kepyar pun bisa digunakan sebagai bahan baku biofuel.

Minyak kastor juga digunakan pada pembuatan obat-obatan dan kosmetik. Banyak kosmetik yang mengandung castor oil maupun hydrogenated castor oil (minyak kastor yang dihidrogenasi). Selain itu, minyak kastor digunakan pada berbabagi industri pembuatan sabun, minyak rem, tinta printer, cat, pewarna, wak dan polishes, insulator, coating, plastik, dan nilon.

Selain biji yang menghasilkan minyak kastor, daun dan akar tanaman jarak kepyar dapat digunakan sebagai bahan ramuan jamu godog. Ramuan tersebut bersifat antitusif, diskutien, dan ekspektoran. Namun, gunakan secara hati-hati karena ada bagian tanaman ini yang beracun. Dari batangnya dapat diambil serat untuk membuat kertas atau cardboard. Jarak kepyar dalam bentuk tanaman hidup dapat digunakan sebagai insektisida alami, terutama untuk mengendalikan hama pengisap daun Aphids, penggerek biji jagung, dan larva nematoda.

Tanaman Jarak Kepyar di Indonesia


Tanaman Jarak yang umum dikenal di Indonesia ada dua macam, yaitu jarak kepyar dan jarak pagar. Jarak kepyar termasuk tanaman semusim atau annual crops, sedangkan jarak pagar termasuk tanaman keras atau tahunan atau perennial crops.

Tanaman jarak kepyar, yang bernama ilmiah Ricinus communis L., berasal dari Ethiophia. Nama latin Ricinus Communis diberikan oleh seorang ilmuwan Swedia yang bernama Carolus Linneaeus. Ricinus dalam bahasa latin berarti "serangga". Buah jarak kepyar berbintik-bintik dan bentuknya sekilas memang mirip serangga. Tanaman ini pertama kali dibudidayakan oleh bangsa Portugis dan Spanyol. Mereka menyebutnya sebagai Agno Casto, sedangkan bangsa Inggris menyebutnya Castor (Weiss, 1971).

Sementara, tanaman jarak pagar dalam istilah ilmiahnya disebut Jatropha curcas. Tanaman ini masih satu suku dengan jarak kepyar, yaitu suku Euphorbiaceae, tetapi berbeda jenis.

Jarak kepyar termasuk tanaman perdu atau terna, dengan tinggi tanaman 1-3 m. Bentuk percabangan tidak beraturan. Tanaman ini berbuah sekali sampai beberapa kali dalam satu siklus hidupnya, tergantung varietasnya. Sifat pertumbuhan umumnya indeterminate, artinya pertumbuhan tanaman tidak berhenti walaupun sudah berbuah. Namun ada juga kultivar yang bersifat determinate, artinya tanaman hanya sekali berbuah dan setelah buahnya tua, tanaman ini mati.

Di Indonesia tanaman jarak sudah cukup lama dikenal. Orang-orang yang sudah dewasa pada saat pendudukan Jepang sangat mengenal tanaman ini. Tanaman jarak merupakan kenangan pahit bagi mereka. Pada masa itu, semua lapisan masyarakat Indonesia diharuskan menanam jarak dan hasilnya digunakan untuk kepentingan Jepang.

Di setiap daerah di Indonesia jarak kepyar dikenal dengan namanya sendiri-sendiri, antara lain jarak (Jawa), kaleke (Madura), tatanga (Bima), kalangan (Sulawesi Utara), gloah (Gayo), Lulang (Karo), dan paku perunai (Timor) (Heyne, 1987 cit. Mardjono, 2000).

Derah penyebaran tanaman jarak terletak di daerah antara 40 derajat LU dan 40 derajat LS. Tanamn ini merupakan tanaman yang membutuhkan cahaya penuh. Beberapa tanaman hasil seleksi di Rusia dapat tumbuh dan menghasilkan buah dengan baik di daerah 20 derajat LU (Weiss, 1971).

Produktivitas tanaman jarak di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan India dan Brasil yang kondisi iklimnya relatif sama. Menurut BPS (1996) cit. Mardjono (2000), produktivitas biji jarak di Indonesia sebesar 435 kg/ha, sedangkan di India sebear 1.200 kg/ha, dan di Brasil sebesar 2.200 kg/ha. Rendahnya produktivitas tersebut karena tanaman jarak di Indonesia belum sepenuhnya menjadi tanaman yang dibudidayakan secara intensif sebagai kegiatan usaha bisnis, namun hanya sekadar tanaman selingan.

Postingan Populer