Dampak Melemahnya Rupiah Terhadap Dolar AS, Produk Impor Paling Appes, Besaran Tarif Impor Mobil & Motor

Pemerintah mengambil langkah guna mengimbangi defisit neraca transaksi berjalan,yang tujuannya untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Yakni dengan menyesuaikan tarif PPh Pasal 22 (pajak penghasilan) terhadap 1.147 pos tarif impor. Dari jumlah tersebut, termasuk di dalamnya impor mobil CBU (Completely Built Up) di atas 3.000 cc dan moge (motor gede) di atas 500 cc.

Bagaimana dampaknya terhadap industri otomotif dan pengaruhnya kepada harga jual produk-produk yang berhubungan langsung ke konsumen?

Impor mobil mewah hingga di atas 3.000 cc dan motor 500 cc dikendalikan melalui instrumen f iskal PPh pasal 22, Kedua jenis komoditas ini masuk dalam kelompok 210 items yang PPh-nya dinaikkan dari 7,5% menjadi 10%. "Total impor kita mencapai USD 87,8 juta, untuk barang ini (mobil mewah dan moge) bea masuknya sekarang kita naikkan yang tadinya dari 10-50%, kita naikkan semuanya menjadi 50% bea masuknya," beber Sri Mulyani, Menkeu Rl. Kemudian selain bea masuk, importir harus membayar PPN (Pajak Pertambahan Nilai), ditambah PPh pasal 22. Serta PPnBM (Pajak Penjualan atas Brang Mewah) sebesar 125%. "PPN tetap 10% dan PPh 22 yang selama ini 2,5%-7,5% kita naikkan po/menjadi 10%. Jadi kalau mobil mewah masuk sini kemungkinan mereka harus membayar 125% (PPnBM) + 50% (Bea masuk) +10% (PPN). Jadi kira-kira 190% dari harganya," hitung Sri Mulyani.


Pabrikan Genjot Eksport & Produksi Lokal


Kontribusi ekspor dan komitmen investasi melalui peningkatan produksi lokal diapresiasi oleh Presiden Joko Widodo, disela seremonial ekspor Toyota 1 juta unit CBU (5/9) "Dua hal yang dilakukan demi perbaikan ekonomi kita yang pertama ekspor dan kedua investasi, ini dua-duanya kena.

PT Toyota Motor
Ada investasi dan ada ekspornya," terang Jokowi dalam sambutannya. Oleh karenanya Presiden Jokowi berupaya managih komitmen investasi lanjutan. "Saya kejar terus, saya nanti ke Jepang mau ketemu lagi dengan Toyota. Pertama ucapkan terima kasih, kedua saya ingin tambah lagi. Kita tidak mau kalah dengan Thailand. Enggak mau. Oleh sebab itu saya minta kepada Menteri dan Gubernur, (perizinan) yang ruwet-ruwet itu diselesaikan," lanjut Jokowi.

PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menandai pencapaian ekspor 1 juta unit CBU (Completely Built Up), yang merupakan akumulasi ekspor sejak 1987 (30 tahun). Adapun sepanjang bulan Januari - Juli 2018, TMMIN telah mengekspor 117.200 unit. Volume ini meningkat 1,3% dibandingkan periode yang sama tahun 2017 lalu dengan jumlah 115.800 unit.

Kontribusi terbesar disumbangkan oleh Sport Utility Vehicle (SUV) Fortuner dengan volume 30.900 unit. Diikuti Avanza sebanyak 21.900 unit, Agya 17.000 unit, Vios 15.800 unit, Rush 12.700 unit, Kijang Innova 4.200 unit dan produk CBU lainnya yaitu Sienta, Yaris, Townace/Townlite sebesar 14.600 unit.

Pertumbuhan ekspor terbesar dicatatkan oleh Bush. Sejak bulan April 2018, Rush mengalami perluasan ekspor secara bertahap ke Asia terutama Filipina, Timur Tengah serta negara berkembang lainnya. Sebelum ekspansi ekspor ini, Rush hanya diekspor ke Malaysia.

Selain dalam bentuk utuh, TMMIN juga mengekspor kendaraan terurai (Completely Knock-Down/CKD) sebanyak 25.500 unit, komponen kendaraan sebanyak 54 juta buah, mesin tipe TR sebanyak 26.100 unit dan mesin tipe NR 64.500 unit.

Sementara itu, Hady Surjono Halim, Department Head of Export?! Suzuki Indomobil Motor (SIM) memaparkan, "Pada semester pertama 2018 ini Suzuki berhasil mencetak nilai ekspor yang positif. Hal ini terbukti dari kenaikan nilai ekspor baik roda empat dan roda dua. Seiring dukungan pemerintah, kami berharap Suzuki dapat mempertahankan keunggulannya di pasar ekspor dengan memanfaatkan kesempatan emas ini," kata Hady di gelaran GIIAS beberapa waktu lalu.

Rinciannya pada semester pertama 2018 Suzuki berhasil meningkatkan ekspor mobil sebesar 11 % dengan jumlah 31.759 unit dibandingkan semester pertama tahun 2017, dimana Suzuki mengekspor 28.251 unit.

Dengan jumlah tersebut, Suzuki telah mengekspor produk-produk Suzuki ke 47 negara dan hampir memenuhi target ke 51 negara tujuan ekspor selama tahun 2018 yang meliputi Thailand, Filipina, Vietnam, Pakistan, Chili, Peru, Bolivia, Kostarika, Honduras, Kolombia, Panama dan lainnya.

Ekspor Suzuki yang terdiri dari mobil utuh (CBU) dan mobil terurai (CKD) tetap menunjukkan tren positif sepanjang tahun 2018. Terbukti raihan ekspor mobil utuh (CBU) melejit sebesar 13,8 % menjadi 14.479 unit pada 2018, dibandingkan 2017 yang hanya 12.723 unit. Sedangkan ekspor kendaraan dalam bentuk terurai (CKD) Suzuki juga naik tajam, sebesar 11,3 % menjadi 17.280 unit dari 15.528 unit.

Kemudian ekspor roda dua, performa Suzuki lebih unggul dari tahun sebelumnya, dimana kontribusi ekspor Suzuki roda dua melejit hingga 28,5 % pada semester pertama 2018 dengan jumlah 72.286 unit ke 36 negara dari target 38 negara.

Kontribusi terbesar produk ekspor motor diraih oleh Suzuki New Satria sebesar 15.720 unit yang tumbuh 424% dibanding semester pertama 2017 sebesar 3.000 unit. Kemudian disusul GSX-R150 sebanyak 3.227 unit atau naik sebesar 106 % dibandingkan semester pertama 2017 yang hanya 1.568 unit.

Kenaikan ekspor motor memberikan dampak langsung terhadap ekspor komponen yang meraih hasil positif. Ekspor komponen secara keseluruhan berhasil tumbuh hingga 3% yaitu sebanyak 46.920 pieces dibandingkan semester pertama 2017 cuma 45.480 pieces.

MENPENRIN: TARGET EKSPOR TAHUN INI 250 RIBU UNIT

Airlangga Hartarto, Merited Perindustrian menegaskan target ekspor hingga akhir tahun ini meningkat jadi 250 ribu unit. "Target ekspor tahun ini tembus di atas 217 ribu unit dengan devisa yang masuk 3 miliar. Pertengahan bulan ini juga akan ada ekspor dari Suzuki. Jadi target eskpor tahun ini bisa meningkat jadi 250 ribu unit." ucap Airlangga (5/9). 

Masih menurutnya, Industri manufaktur otomotif tengah menggeliat. "Kapasitas produksi otomotif hingga hari ini 2 juta unit kendaraan. Sebanyak 1,2 juta unit untuk domestik, ekspor 250 ribu unit. Jadi ini masih punya kapasitas untuk didorong.

Dengan demikian memang tidak diperlukan lagi kita impor otomotif. Ekspor industri otomotif ke 80 negara itu local content 70-80% dengan demikan maka daya saing jadi lebih kuat," Sambung Airlangga. 

Pengetatan Impor Lewat Uji TPT

Kementerian perindustrian, melaiui Direktorat Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (IMATAP) menerapkan syarat impor mobil mewah di atas 3.000 cc dan moge di atas 500 cc melalui perizinan uji tipe atau Tanda Pendaftaran Tipe (TPT).

Hal ini disampaikan oleh Putu Juli Ardika, Direktur IMATAP. "Kalau misalkan kendaraan itu diimpor oleh importir umum kita sampaikan kepada mereka agar komunikasikan ke APM (Agen Pemegang Merek) terkait untuk menjual produk kita disana seperti oli, pelek, ban dan lainnya. Jadi ada timbal baliknya. Kalau memang itu bisa dilakukan, kita jadikan bahan pertimbangan untuk masuk ke Indonesia," papar Putu.

Langkah ini merapakan bagian dari evaluasi izin impor, sekaligus screening komoditas. Serta sebagai upaya menyeimbangkan neraca ekspor dan impor. Pengetatan impor melalui TPT menjadi persyaratan wajib untuk keperluan importasi yang ditunjukkan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE).

Masih menurut Putu, setelah dinyatakan lulus uji tipe, maka Kemenperin akan merilis TPT untuk bisa produksi maupun impor kendaraan tersebut. "Pembatasannya melalui pemberian TPT. Kalau TPT-nya tidak ada, tidak di-approve, kan tidak bisa masuk Indonesia," sambung Putu yang ditemui di gelaran seremonial ekspor Toyota 1 juta unit. Harryt

AISI: KITA AKAN LAKUKAN ADJUSTMENT

Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) masih melihat dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah. "Kita lihat dulu, prosesnya bertahap apakah terus melemah atau bisa menguat. Kalau terus melemah kita akan lakukan adjustment," ujar Sigit Kumala, Ketua Bidang Komersial, AISI.

Berikutnya soal pengetatan impor motor 500 cc ke atas, AISI mengatakan hal tersebut tak berdampak signif ikan. "Jumlahnya cukup kecil sekali, mungkin hanya 0,5 persen dari total penjualan motor nasional," tutur Sigit yang dihubungi (10/9).

Upaya meningkatkan ekspor, AISI menyanggupi dengan terus mensosialisasikan kepada para anggotanya. "Untuk meningkatkan ekspor pasti ada, kan sudah diiimbau Pemerintah. Ekspor motor saat ini sudah mencapai 427 ribu unit. Tujuan ekspor ke negara Asia, Eropa dan Timur Tengah," beber Sigit. 

PERKUAT INDUSTRI DALAM NEGERI

Dampak meroketnya dolar Amerika Serikat menjadi momentum untuk memperkuat industri dalam negeri. Yakni dengan melakukan substitusi impor dengan komoditas yang sudah diproduksi di dalam negeri. Contohnya PT TMMIN yang telah menyerap bahan baku besi baja dari PT Krakatau Steel dan Aluminium dari PT Inalum.

"Terkait subsitusi impor, kita komunikasikan dengan Krakatau Steel dan PT Inalum. Dengan begitu kita bisa mengurangi impor. Tujuan utamanya trade balance. Local content sekarang 70 persen, 2 tahun lagi sekitar 80 persen," sebut Warih Andang Tjahjono, Presiden Direktur PT TMMIN.

Menyoal melemahnya nilai tukar Rupiah, TMMIN juga punya strategi memberikan bantuan kepada pemasok komponen. "Toyota itu kan ada 140 suplai chain kecil-kecil. Suplai chain tier 2 hingga tier 3,. material itu kayak fixed cost, berat sekali bagi mereka. Itu kewajiban kita sebagai salah satu industri otomotif membantu kesulitan mereka, meningkatkan produksi, meningkatkan industri hulu," urai Warih yang ditemui di Pelabuhan Tanjung Priok (5/9). 

GAIKINDO: PASTI ADA DAMPAKNYA

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohannes Nangoi mengatakan cukup khawatir dengan melemahnya nilai tukar Rupiah. "Dampak bagi industri otomotif domestik, walaupun sudah cukup banyak komponen yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri, misalnya kayak karet dan sebagainya, tapi coststructure-nya berpengaruh, pasti ada dampaknya," terang Nangoi, yang dihubungi OTOMOTIF (10/9).

Perkara menaikkan harga jual, Nangoi menyerahkan keputusan kepada masing-masing APM. Lantas terkait upaya menggenjot ekspor, Gaikindo mengapresiasi hal ini. "Pencapaian ekspor di semester pertama tahun ini lebih besar dibanding periode tahun lalu. Padahal tahun ini, ekspor ke Vietnam masih terganggu, hebatnya ekspor masih bisa lebih tinggi," kata Nangoi.

Menyoal pengetatan impor mobil mewah di atas 3.000 cc, Gaikindo mengatakan cukup realistis. "Volume impor di segmen itu sangat kecil. Sah-sah saja dibatasi dan sangat realistis. Asalkan jangan komponen untuk kebutuhan industri otomotif yang dibatasi, kalau itu baru bermasalah," imbuhnya lagi.

Importir Umum Terancam

Pengetatan impor mobil mewah dengan kapasitas di atas 3.000 cc tentunya paling kena dampaknya adalah para Importir Umum (IU). Kini mereka terancam tak bisa lagi impor mobil CBU. "Sebagai pelaku bisnis di sektor otomotif kita mau enggak mau harus ikut peraturan pemerintah jika sampai diberlakukan larangan impor itu," ujar Ferdy Santoso dari gerai IU Blinkz-Blinkz di Bursa Otomotif Sunter, Jakut.

Atas dasar itu, pihaknya telah memiliki langkah alternatif. "Ke depannya yang bisa kita lakukan adalah menaikkan harga mobil seken CBU 3.000 cc ini karena barunya sudah pasti tidak bisa masuk, pasarnya mobil-mobil ini akan tetap ada dan sebenarnya tidak terlalu terganggu juga," ujarnya.

Mobil seken CBU 3.000 cc didapat dari pemilikyang menjual kembali mobilnya di gerai Blinkz-Blinkz. "Biasanya dari ouner yang tukar tambah. Kalau sampai dolarnya enggak turun kemungkinan yang belum terjual pun bisa naik juga harganya," lanjut Ferdy yang juga menggawangi gerai IU Ivan's Motor.

Sementara itu, iU moge yang mendatangkan unitnya melalui impor juga cukup ketar-ketir dengan melonjaknya nilai tukar dolar Amerika Serikat, serta regulasi pengetatan impor. Salah satunya BMW Motorad, yang mengatakan cukup kena dampaknya. "Kita (impor) pakai Euro Tapi tetap ada dampaknya. Pastinya penyesuaian harga karena kenaikan nilai tukar mata uang. Di tambah lagi dengan kenaikan PPh 22," kata Joe Frans, CEO Maxindo Moto atau BMW Motorrad Indonesia.

Sedangkan PT Penta Jaya Laju Motor (PJLM), pemegang merek sekaligus importir motor KTM sudah lebih dulu menaikkan harga jualnnya akibat terus terkereknya nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat.

"Kita sudah pernah sesuaikan (harga) di awal September dengan membuat harga baru. Naik sekitar 7 persen," bilang Akhmad Zafitra Dalie, Kepala Divisi Pemasaran PJLM. Kyn, Harryt

Harga Jual Sparepart & Aksesori Naik?

Meroketnya Dollar Amerika Serikat, berdampak negatif bagi harga jual sparepart dan aksesori, khususnya para pedagang yang mengandalkan produk impor. Seperti kekhawatiran Ayong Jeo, Ketua Umuni Gabungan Aftermarket Otomotif Indonesia (Gatomi).

"Kita saat ini menanti kebijakan ke depannya. Sebab ini kan dampak dari eksternal, bukan dalam negeri. Yaitu perang dagang antara Cina dan Amerika," terang Ayong kepada OTOMOTIF (W/S).

la juga menambahkan, saat ini ia mengimbau kepada anggota Gatomi untuk tidak mudah menaikkan harga secara signifikan selama belum stabilnya dollar ditambah pasar yang masih sepi.

Bagaimana dengan yang lain, kami menghimpun tanggapan dari lima pedagang produk sparepart dan aksesori impor. *SGT

PT SUMBER BERKAT ANUGERAH

Kenaikan harga jual turut melanda PT Sumber Berkat Anugerah, pemegang merek produk Hella. Vincent Lo mengutarakan meski kenaikan tidak besar dan merayap, namun penjualan saat ini masih terbilang stabil. "Nanti akan kami sesuaikan dengan kondisi pasar juga. Kompetisi yang semakin tajam, jadi tidak serta merta harus mengikuti suasana naiknya dolar," terang Vincent.

Ia juga menambahkan, kekhawatirannya terkait tidak stabilnya dolar. Karena meskipun naik, pasar akan tetap stabil. Berbeda jika tidak menentu atau bahkan naik signifikan. la mengharapkan agar rupiah kembali menguat, sebab pelaku pasar perlunya kestabilan. la tidak ingin menaikkan harga bulan depan, namun tiba-tiba harga turun.

Sementara dari penjualan, klakson dan lampu masih menjadi penyumbang terbesar. la akan mempertimbangkan berbagai langkah yang bisa diterapkan dalam peningkatan penjualan. Sehingga selalu ada penyesuaian agar konsumen dengan mudah membeli produk. 

PT GENTA FAJAR AKSESORIS

Anthony Lauw, pemilik PT Genta Fajar Aksesoris, pemegang merek GPS Track IM Track dan alarm G Force mengatakan penjualan tahun ini mengalami penurunan. la berujar, selain diakibatkan dolar kian melejit juga karena aksesori keluaran APM semakin lengkap. Sehingga daya saing usahanya sangat tipis.

"Pasaran saat ini juga sedang sepi, beberapa kali pameran otomotif juga. Sekarang ada wacana barang masuk impor akan dinaikan, itu menjadi isu sendiri," tambah Anthony (10/9).

Ia membeberkan kekhawatirannya jika dalam waktu dekat harga harus dinaikkan. Sebab, semakin berdampak pada sepinya mendapatkan penjualan. Untungnya, Anthony mengatakan saat ini stok masih mencukup dalam beberapa bulan kedepan sehingga tidak perlu menaikkan harga tiap unitnya. Rencananya, produk akan naik sebesar 5-15% dari harga normal.

"Penjualan kita masih disupportdari alarm mobil mulai harga Rp 500 ribu. Saat ini terdapat program cuci gudang dengan beberapa diskon untuk menarik konsumen," jelas Anthony kepada OTOMOTIF.

PT ASTRA OTOPARTS

Anjloknya nilai tukar rupiah, cukup dirasakan oleh PT Astra Otoparts (AOP). Edwin Surjadipradja, Department Head produk Battery PT AOP mengatakan dalam waktu dekat terdapat kenaikan harga khususnya aki. Sebab, menurutnya kenaikan tersebut bedasarkan faktor dolar dan bahan aki yaitu Lid. Sementara menurutnya beberapa industri market leaderpun turut naik.

"Saat ini kita masih mempertahankan harga karena tidak stabilnya dolar juga. Namun karena dua faktor tersebut berpengaruh besar, kemungkinan naik," papar Edwin.

Sedangkan dari segi penjualan, saat ini masih stabii. Hal itu dikarenakan dorongan dari ssitem penjualan secara online yang baru diluncurkan tahun ini oleh AOP. Sedangkan persentase penjualan cenderung naik 7% dari tahun lalu diperiode yang sama.

PT KRAMAT MOTOR

Ayong Jeo, yang juga Presiden Komisaris PT Kramat Motor mengatakan pada periode pertama dan kedua tahun ini justru tengah mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu. la mencontohkan, pada Januari-Juni penjualan head unit low entry mencapai 100 ribu unit, sedangkan tahun sebelumnya hanya 60 ribu unit.

Kenaikan tersebut kini mulai terhambat di periode ketiga saat naiknya dolar Amerika Serikat. Hal ini berdampak dengan naiknya beberapa produk nantinya jika dollar terus naik dan stabil di atas (tidak turun). "Dampak ke konsumen belum terlalu signifikan. Karena margin masih ada dari dealer ke konsumen. Kalau direct langsung ke konsumen belum naik, supaya menjaga konsumen agar terus terlayani," tutur Ayong.

la juga menggambarkan kenaikan nantinya berkisar 10% dari harga normal. Namun kenaikan tersebut berlaku kepada dealer. Misalnya, dari harga Rp 660 ribu saat naik, bisa jadi dealer sudah menjual ke konsumen sudah diangka Rp 700 ribu. Jadi tidak berefek pada konsumen.

Sementara produk yang bestseller dari PT Kramat Motor adalah head unit low entry dengan harga mulai Rp 600 ribu dan versi menengah yakni Smart Head Unit, berbasis Android seharga Rp 2,5-5 juta.

POWER AUDIO WORKSHOP

Mampir ke Power Audio Workshop (PAW), Jimmy selaku pemilik mengatakan audionya akan naik dari harga normal. Kenaikan tersebut berlaku saat memulai impor unit baru nantinya.

"Kita sudah menaikan harga setelah pameran GIIAS beberapa waktu lalu. Sementara kita maksimalkan stok yang ada cukup untuk beberapa bulan ke depan," ujar Jimmy (10/9).

Saat ini ia masih menjajaki kenaikan dolar. Sebab, kenaikan harga menurutnya nanti akan berpengaruh di tengah sepinya pasar. Namun, hal itu tidak menutup kemungkinan akan naik karena membeli unit pakai dolar.

Sumber Berita : Tabloid Otomotif edisi September 2018.

Postingan Populer